Bacaan Alkitab : Lukas 14 : 25-35
"Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam
perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: "Jikalau
seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya,
istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidakk dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi
murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah
menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup
uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah
meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan
semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu
mulai mendirikan, tettapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja
manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk
dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia
sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?
Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh
untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap
orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala
miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.
Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan
apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun
untuk pupuk, dan orang membuangnya saja. Siapa mempunyai telinga untuk
mendengar, hendaklah ia mendengar!"
Ayat Renungan : II Korintus 6 : 17
".......Keluarlah kau dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka.... maka Aku akan menerima kamu."
Dalam Perjanjian Lama, hubungan pribadi seseorang dengan Allah dapat
dibuktikan dari tingkat pemisahan dalam hidup orang tersebut.
Contoh: Abraham - melalui perpisahannya dengan keluarga dan
negerinya (Baca: Kejadian 12 : 1). Dan, sapai pada Perjanjian Baru pun,
Allah menghendaki pemisahan! Dalam Lukas 14 : 26 dan II Korintus 6 : 17,
kita melihat hal ini secara jelas sekali. Perhatikan:
- Allah tidak bermaksud secara lahiriah memisahkan kita dari para anggota keluarga bahkan orang-orang yang tidak menghormati Dia!
- Allah menghendaki agar kita dipisahkan secara moral dari pola hidup dan sudut pandang mereka, termasuk tutur kata dan perilaku mereka.
- Dengan kata lain, Tuhan sedang memperingatkan kita, bahwa: "Untuk hidup berkemenangan sampai pada kedatangan-Nya, kita tidak boleh berkompromi dengan pola pikir, bahkan pola hidup apapun, selain yang sesuai dengan Firman-Nya!" Bacalah: I Yohanes 2 : 15-17 dan imanilah, bahwa dengan melakukan kehendak Bapa, kita tetap hidup bersama-Nya hari ini, esok, dan selama-lamanya! Indah, kan? Selamat!
0 komentar:
Posting Komentar